Trauma akan semester lalu dalam suatu mata kuliah. tak tanggung-tanggung 2 SKS, tapi untuk semester ini ada 4 SKS. Tugas-tugasnya juga nggak tanggung-tanggung. Yaitu mata kuliah kerajinan keramik dan kerajinan kayu.
Kenapa kita trauma? Sampai suatu hari kita berniat akan meminta ganti dosen seandainya dosen untuk semester tiga ini dosennya tetap sama seperti semester lalu. Tentunya banyak alasan. Di antaranya adalah PHP (Pemberi Harapan Palsu). Dosen jarang datang, ditelepon juga kadang not responding.
Tak sedikit teman-teman yang menggerutu. Di antaranya , "kita mau dapat ilmu dari mana?", "Harusnya kalo dosen ga masuk 4x juga nggak boleh menguji !". Dan masih banyak lagi, yang nggak mungkin ku sebutin satu persatu.
Tentunya kewajiban dosen adalah mengajar. Sebagai 'upahnya' maka dosen mendapat gaji. Tetapi apakah boleh dikatakan memakan gaji buta? Apabila dosen tidak pernah mengajar. Itu tergantung prasangka kita. Mau makan gaji buta ataupun gaji melek itu bukan urusan kita.
Dan ternyata pak dosen juga mahasiswa. Ya, mahasiswa S3 di sebuah perguruan tinggi. Tentunya beliau sangat sibuk (calon profesor cyiin!). Belum lagi jika beliau menghadiri suatu undangan penting (maklum orang penting).
Kita sudah mahasiswa. Tentunya kita dituntut untuk mandiri. Masalah "kita mau dapat ilmu dari mana?", tentunya setiap orang adalah guru. Tapi masalahnya adalah profesional atau tidak nya. Jika Allah itu ngasih hidayah, rezeki ke setiap orang adalah sama, tetapi tinggal bagaimana kita berusaha, apakah software kita bisa menangkap hidayah atau menggapi rezeki tersebut. Begitu pula dengan kuliah, meskipun dosen tidak pernah mengajar, tetapi kita memang harus membuka mata lebar-lebar bahwa ilmu tidak kita peroleh di kelas saja.
Alhamdullilah untuk salah satu mata kuliah dari 2 kuliah tersebut dosennya berbeda yang bisa memberikan warna baru bagi kelas kita.
Semoga kita tetap bersabar untuk mata kuliah yang satunya (dari 2 makul tsb), karena dosennya sama.
Kenapa kita trauma? Sampai suatu hari kita berniat akan meminta ganti dosen seandainya dosen untuk semester tiga ini dosennya tetap sama seperti semester lalu. Tentunya banyak alasan. Di antaranya adalah PHP (Pemberi Harapan Palsu). Dosen jarang datang, ditelepon juga kadang not responding.
Tak sedikit teman-teman yang menggerutu. Di antaranya , "kita mau dapat ilmu dari mana?", "Harusnya kalo dosen ga masuk 4x juga nggak boleh menguji !". Dan masih banyak lagi, yang nggak mungkin ku sebutin satu persatu.
Tentunya kewajiban dosen adalah mengajar. Sebagai 'upahnya' maka dosen mendapat gaji. Tetapi apakah boleh dikatakan memakan gaji buta? Apabila dosen tidak pernah mengajar. Itu tergantung prasangka kita. Mau makan gaji buta ataupun gaji melek itu bukan urusan kita.
Dan ternyata pak dosen juga mahasiswa. Ya, mahasiswa S3 di sebuah perguruan tinggi. Tentunya beliau sangat sibuk (calon profesor cyiin!). Belum lagi jika beliau menghadiri suatu undangan penting (maklum orang penting).
Kita sudah mahasiswa. Tentunya kita dituntut untuk mandiri. Masalah "kita mau dapat ilmu dari mana?", tentunya setiap orang adalah guru. Tapi masalahnya adalah profesional atau tidak nya. Jika Allah itu ngasih hidayah, rezeki ke setiap orang adalah sama, tetapi tinggal bagaimana kita berusaha, apakah software kita bisa menangkap hidayah atau menggapi rezeki tersebut. Begitu pula dengan kuliah, meskipun dosen tidak pernah mengajar, tetapi kita memang harus membuka mata lebar-lebar bahwa ilmu tidak kita peroleh di kelas saja.
Alhamdullilah untuk salah satu mata kuliah dari 2 kuliah tersebut dosennya berbeda yang bisa memberikan warna baru bagi kelas kita.
Semoga kita tetap bersabar untuk mata kuliah yang satunya (dari 2 makul tsb), karena dosennya sama.
Bismillah, semoga semester ini lebih baik dari semester yang lalu. :)