Minggu, 02 Oktober 2016

Memburu Sunrise di Puncak Kleco Kulonprogo

4

Puncak Kleco berbeda dengan Waduk Mini Kleco, berbeda kecamatan, Puncak Kleco terletak di Kecamatan Samigaluh Kabupaten Kulonprogo. Ketika saya ke sana tempat ini tergolong wisata baru, karena masih dalam proses pengembangan. Untuk mencapai lokasi ini anda akan dimanjakan pemandangan asri nan alami di kaki pegunungan Menoreh. Jangan tanyakan rute ke saya ya, karena saya sering kesulitan menjelaskan rute, sering nyarsar juga, jadi manfaatkan saja smartphone yang Anda miliki. Yang jelas ialah dari pusat kecamatan Minggir atau pasar Kebon Agung ke arah barat melewati jembatan beralaskan Sungai Progo yang meliuk anggun dari arah utara dikelilingi pegunungan. Sampai di perempatan Dekso lurus ke barat menuju arah Samigaluh, jika anda menemui persimpangan yang ada jembatannya, ambil ke kiri jalan menuju kampung. Di sana ada petunjuk arah “Puncak Kleco 500m” yang terpasang di dekat Pos Kampling, dari Pos Kamling ambillah arah kiri hingga menemui plang berikut :


Jalan menuju ke atas berupa jalan cor semen yang tidak muat untuk dilalui mobil. Hati-hati kemiringan hampir 60 derajat. Pastikan bahwa sepeda motor Anda kuat. Selain itu jalannya juga nyaris licin karena lumut dan tepinya berupa jurang. Terus ikuti saja jalan cor itu. Nanti anda akan sampai pada rumah terakhir. Rumah Jawa dengan halaman tanah yang lumayan lapang ini milik Mbah Djemirat. Beliau sangat ramah lho.
jalan kampung berupa cor semen
 
Rumah Mbah Djemirat

Tarif parkir dikenakan 2000 rupiah per sepeda motor, sedangkan retribusinya sukarela berupa memasukkan uang ke dalam kotak yang telah disediakan. Retibusi sukarela ini digunakan untuk pengembangan wisata Puncak Kleco.

Trek menuju atas
Treknya berupa tangga tanah bercampur batu kapur, pakailah alas kaki yang solnya menggigit tanah, sangat tidak sarankan memakai high heels, wedges, flatshoes, dan pantofel. Karena untuk menuju ke atas treknya lumayan licin setelah hujan atau pagi hari. Meskipun berbentuk tangga yang tidak terjal, tapi tetep safety first ya !!! kan sayang heels cantiknya kalau dipakai naik gunung nanti “mbelesek” ke dalam tanah yang akhirnya menyulitkan dalam berjalan dan rawan kesleo.
Oke next...
Sampai atas Anda akan disuguhi ayunan kayu, gazebo, dan semacam “dermaga” dari bambu, dan spot foto yang sedang nge-hits di kalangan anak muda. Berhati-hatilah karena tepi jurang hanya dipagari bambu. Oleh karena itu jaga anak Anda apabila membawa anak yang masih kecil, jaga pacarmu jika pacarmu belum dewasa cara berpikir dan tindakan-tindakannya, dan jika bawa mantan jangan dicemplungin ke jurang, kasian anak orang :D .


Waktu pertama kali ke sini tanggal 29 September 2016, sore-sore, mendung. Lagi pengen main, setelah urusan laporan KKN dan PPL kelar. Sebenarnya juga pengen masak di alam bebas, berhubung telah lama sekali cuti dari dunia pendakian (gayaneeeee) karena KKN dan PPL. Hari itu saya dan partner mbolang bikin pizza pake roti tawar. Main hemat ya ke wisata alam, bawa minum dari rumah, bawa nesting sama kompor beserta gasnya. Jangan lupa bawa bahan makanan, bisa mie instan atau yang lain.
Masak

hasilnya... :D

sekalipun kamu habis diputus pacar atau ditikung temen jangan coba-coba lompat dari sini


Karena penasaran dengan bagaimana pemandangannya waktu pagi, maka Sabtu ( 1 Oktober 2016) saya dan partner mbolang saya ke sini lagi. Tapi sayangnya aku bangunnya kesiangan :'( seharusnya ke sini habis subuh tepat. Dari rumah jam 5.15, cukup kesiangan. Dengan jarak rumah-puncak Kleco sekitar 10-15 km an. Tapi lumayan laaah, dapat pemandangan seperti di atas awan :D
 





Hal yang lebih penting lagi adalah jangan membuang sampah sembarangan ! Sudah disediakan tempat sampah. Dan jangan coret-coret tempat wisata maupun fasilitas umum lainnya. Karena itu akan sangat norak dan kampungan.
Sekian...

Sabtu, 13 Februari 2016

Pameran Jeritan Tanpa Suara

1

Hati kami benar-benar menjerit. Tak ada suara yang dapat keluar. Kami tahan, hingga akhirnya menjadi partikel gas kentut yang menyehatkan nan wangi. Kok sehat dan wangi? Iya, lihat saja mahakarya kami, hasil eksresi dari pencernaan makanan berupa ilmu dari para Dosen-dosen hebat, hingga kenyang, dan akhirnya menjadi partikel-partikel gas yang wangi.

Kami benar-benar menjerit karena lelahnya hidup ini. Lebih tepatnya hidup pada semester lima, saat di mana sesaji untuk dosen begitu banyaknya. Belum lagi kalau para jomblo udah pengen nikah. *Sabar mblo ! emang kamu udah punya calon? Gayane ! *

Hasil dari kata hati, jeritan yang kami tahan, maka lahirlah sebuah pameran bersama Pendidikan Kriya UNY angkatan 2013 yang berjudul “Jeritan Tanpa Suara”, yang diselenggarakan pasa 11-13 Januari 2016. Seperti semacam kentut bersama-sama, tapi kentutnya wangi.

Eh tapi tak sewangi aroma melati bercampur kanthil bercampur kemenyan. Karena di balik itu banyak perilaku aneh binti absurd yang kami lalui.

Karya yang dipamerkan merupakan karya dari mata kuliah Batik II, Kulit II, dan Logam II. Kurang lebih 90 mahasiswa dari 5 kelas merupakan peserta dan panitia dengan total lebih dari 250 karya.

Fakta: mahasiswa pendidikan kriya tidak mau mengaku sebagai panitia, bukan berarti tidak bertanggung jawab atas terselenggaranya acara, tetapi adalah sebagai ketawadhuan mereka (mereka lho, bukan saya, saya hanya penggembira :v ) . Tanpa disuruh-suruh pun mereka mampu berjalan kemana hendak melangkah, dan memiliki rasa memiliki terhadap karyanya.

Serphihan dokumentasi :


Pembukaan - Kalau Anda dengar suara mbak ini dijamin semua kebekuan dalam hati Anda akan meleleh

Para tamu undangan



Suruh dia nikah !!!

Biarkan jomblo berimajinasi


Berikut ini adalah karya batik tulis mahasiswa Pendidikan Kriya Kelas I angkatan 2013
Media : Mori Primisima
Ukuran : 1 x2,5 meter

Kopi - Karya Nastiti Endya Pratiwi

Gemulai Bahtera Nusantara - Octiva Ayu Lestari
The Night Queen - Faoziah

Edelweiss - Siswaningrum
Musik musik - Lingga C. B

Topeng - A. Bahrudin Wijaya
hahaha aku lupa judulnya, tp yang jelas ini tentang kendaraan tradisional, karya Nurkholis
Burung Enggang Kalimantan - Ghina F
Kupu-kupu - Diah Norma Istanty
OWL - Ika Oktafiya S
Buaya baper katanya. Karya Eko Sumarno
Papilo (mamilo?) - Serapin Suciningtias
Ikan Gembung karya Uun Vaedah, Unyuuuu kaaaaannn :D
Topeng - Husain Rais
Mesir Kuno - Yoma Taufani OY
All Photo by: Serapin Suciningtias

Semoga dapat menjadi referensi :)