Hati kami benar-benar menjerit. Tak ada suara yang dapat
keluar. Kami tahan, hingga akhirnya menjadi partikel gas kentut yang
menyehatkan nan wangi. Kok sehat dan wangi? Iya, lihat saja mahakarya kami,
hasil eksresi dari pencernaan makanan berupa ilmu dari para Dosen-dosen hebat, hingga
kenyang, dan akhirnya menjadi partikel-partikel gas yang
wangi.
Kami benar-benar menjerit karena lelahnya hidup ini. Lebih
tepatnya hidup pada semester lima, saat di mana sesaji untuk dosen begitu
banyaknya. Belum lagi kalau para jomblo udah pengen nikah. *Sabar mblo ! emang
kamu udah punya calon? Gayane ! *
Hasil dari kata hati, jeritan yang kami tahan, maka lahirlah
sebuah pameran bersama Pendidikan Kriya UNY angkatan 2013 yang berjudul
“Jeritan Tanpa Suara”, yang diselenggarakan pasa 11-13 Januari 2016. Seperti semacam kentut bersama-sama, tapi kentutnya
wangi.
Eh tapi tak sewangi aroma melati bercampur kanthil bercampur
kemenyan. Karena di balik itu banyak perilaku aneh binti absurd yang kami
lalui.
Karya yang dipamerkan merupakan karya dari mata kuliah Batik II, Kulit II, dan Logam II. Kurang lebih 90 mahasiswa dari 5 kelas merupakan peserta dan panitia dengan total lebih dari 250 karya.
Fakta: mahasiswa pendidikan kriya tidak mau mengaku sebagai panitia, bukan berarti tidak bertanggung jawab atas terselenggaranya acara, tetapi adalah sebagai ketawadhuan mereka (mereka lho, bukan saya, saya hanya penggembira :v ) . Tanpa disuruh-suruh pun mereka mampu berjalan kemana hendak melangkah, dan memiliki rasa memiliki terhadap karyanya.
Serphihan dokumentasi :
|
Pembukaan - Kalau Anda dengar suara mbak ini dijamin semua kebekuan dalam hati Anda akan meleleh |
|
Para tamu undangan |
|
Suruh dia nikah !!! |
|
Biarkan jomblo berimajinasi |
Berikut ini adalah karya batik tulis mahasiswa Pendidikan Kriya Kelas I angkatan 2013
Media : Mori Primisima
Ukuran : 1 x2,5 meter