Minggu lalu aku dapat tugas Bahasa Indonesia untuk membuat cerita berbingkai. Nah kalo diliat-liat ya (dibaca maksudnya) cerita berbingkai itu seorang tokoh menceritakan tokoh lain kemudian dalam tokoh itu menceritakan 'sesuatu' lagi. Bisa juga ketika melamun atau bermimpi.
Nah ini cerita buatanku. Jelek sih, tapi kan yang penting ngumpulin ':-D hehe. Ya daripada nganggur di lepi mending aku share di sini. :-D
a story by : Saya Sendiri
a title by : Diamond ouT
Cerita Semalam
“Oke, saya akhiri, selamat malam.” Kata dosen yang meninggalkan kami di ruangan itu.
“Malam pak.” Jawab mahasiswanya serempak.
Hari ini aku merasa sangat lelah. Disuguhi mata kuliah yang cukup mengenyangkan ditambah dengan tugas – tugas dan praktek lapangan. Kutengok arlojiku menunjukkan pukul delapan malam, belum terlalu larut. Kulangkahkan kakiku menuju mushola kampus untuk sholat Isya. Kebetulan Erwin, teman sefakultas juga belum pulang.
“Belum pulang ?” Tanyanya
“Belum, sholat Isya dulu.” Kataku
“Iya udah sana. Aku sudah kok.”
Kutinggalkan Erwin di depan fakultas ilmu keperawatan itu. Ia adalah mahasiswa baru pindahan dari Kalimantan Timur seminggu lalu.
***
Setelah sholat isya, kulangkahkan kakiku menuju tempat parkir sepeda motor di timur fakultas. Malam itu kampus tampak sepi, tinggal beberapa orang saja yang mengambil kuliah malam. Dan ternyata Erwin masih berkutat dengan laptopnya.
“Mau pulang sekarang Ris?” Tanyanya.
“Iya.” Jawabku.
“Kamu berani pulang sendirian malam-malam gini?” Tanyanya.
“Beranilah. Nggak ada apa-apa kok.” Jawabku santai.
“Emm, kamu kan perempuan. Tantangannya banyak lho.” Kata Erwin.
“Ah biasa kok, aku udah dibekali taekwondo sejak SD, toh aku nggak cantik, apalagi menggoda. Iya nggak?” Kataku.
“Oh, ya udah aku juga mau pulang. Kita kan searah.”
Deru sepeda motor yang kukendarai meninggalkan kampus yang berdiri megah itu. Dingin juga terasa menusuk tulang. Beruntung, aku ada teman pulang yang searah.
Setelah tiga puluh menit lebih aku beradu dengan hawa dingin aku sudah sampai di rumahku.
“Baru pulang nduk? Kamu nggak kluyuran to?” Tanya ibuku ketika aku memasukkan motor matikku ke garasi.
“Nggak lah bu, tadi ada rapat, terus praktek juga .” Jawabku
“Ya cepat mandi sono.” Perintah Ibu.
“Oke maam.” Kataku sambil melepas sepatu dan tanpa melihat Ibuku.
Segera aku menuju kamarku, segera kulempar ransel yang membebani punggung ini ke kursi. Kemudian aku mandi dengan air hangat yang dipersiapkan ibuku tadi. Ah, Ibuku memang perhatian.
Setelah mandi, aku bergegas menuju kamar. Rumahku malam itu sudah sepi, tinggal ibuku saja yang belum tidur. Ayah dan adikku sudah terlelap semua.
“Sudah sholat nduk?” Tanya ibu
“Sudah tadi di kampus.”
Kututup pintu kamar bergambar Tazmanian Devil itu dan kemudian kukunci. Lampu kamar juga sudah kupadamkan. Kurebahkan tubuhku ke kasur , setelah menarik selimut dan memeluk guling kesayangan, akupun terlelap.
“Tok.. tok.. tok..” samar-samar kudengar ada yang mengetuk pintu kamarku.
Kubuka mataku, ternyata pintu kamar sudah terbuka padahal sebelumnya dalam keadaan terkunci. Tampak sesosok laki-laki mendekatiku. Wajahnya tidak tampak, hanya samar-samar saja. Ingin kuraih saklar lampu kecil disebelah ranjang. Sial ! Aku tidak bisa bergerak meskipun dalam keadaan terjaga.
Sosok itu semakin mendekat, dan matanya tampak merah menyala, samar-samar taringnya juga tumbuh. Ia seperti vampir. Ia mulai menempelkan tangannya ke leherku . Ia akan mencekikku dan menusukkan taringnya ke dalam nadiku. Tangannya sangat dingin seperti es. Aku tetap tidak bisa bergerak sama sekali dan tak bisa berteriak.
Beberapa detik kemudian aku bisa bergerak dan meraih saklar lampu kecil itu, dan kemudian makhluk itu menghilang. Aneh, ke mana perginya?
Ku lirik jam dinding kamar, ternyata baru dua jam lalu aku tidur. Pintu kamar pun masih terkunci. Kemudian kulanjutkan kembali tidurku.
***
Sreekk !!! Aku mendengar suara orang berjalan mendekatiku. Aku membuka mataku perlahan. Makhluk itu lagi, kali ini tampak lebih jelas, karena lampu kecil tadi tidak kupadamkan. Masih sama seperti sebelumnya, dengan mata merah menyala dan taring yang tumbuh. Ternyata makhluk itu adalah Erwin. Bagaimana Erwin bisa ke sini? Apakah Erwin itu vampire?
Ia menatapku. Aku seperti dihipnotis, ia menggandengku keluar kamar, dan mengajakku ke suatu tempat dengan berlari dengan kecepatan tinggi. Ternyata aku dibawa ke sebuah hutan pinus.
“Eerrwinn !!! Bbbaaa gaii maanaa kamu bisa ke kamarku?” tanyaku sedikit gemetar karena takutnya.
“Dengan cara apapun aku bisa mendatangimu !” kata Erwin dengan nada yang tegas.
“Apakah kamu ini vampir? Apa yang kamu inginkan dariku?” Tanyaku agak takut.
“Ya. Aku ingin mengigitmu, menusukkan taringku le dalam nadimu, dan menghisap darahmu. Supaya kau bisa menjadi vampir sepertiku.” Kata Erwin.
“Ti..ti..ti.. tidaaakkkk !!!” Aku berteriak dan lari menjauhinya. Hingga akhirnya…
Bruuuk!!! Aku terjatuh.
Kubuka mataku. Ternyata aku masih di dalam kamar. Pintu kamar juga masih terkunci, aman. Kuraba jidatku yang terasa sakit, ternyata memar. Jam didnding di kamar menunjukkan pukul dua pagi. Segera aku bangun dan membuka pintu kamar, aku beranjak mengambil air wudhu ke kamar mandi. Kemudian sholat malam, berdoa memohon perlindungan. Ternyata kejadian aneh tadi hanya dalam mimpi. Tapi aku masih agak bingung. Apakah Erwin yang menurutku misterius itu memang vampir?
***
“Ntar siang ada praktikum Ris, di puskemas sebelah kampus.” Sapa Erwin pagi itu.
“Hah? Kamu nggak bakal meminum darah pasien kan?” Tanyaku sedikit terkejut.
“Minum darah? Maksudnya apa? Emang aku ini vampire apa?” Tanya Erwin dengan sedikit bercanda.
“Oh, maaf, masih terbawa cerita tadi malam?” kataku kebingungan.
“Haha kamu ini nglindur apa hah? Aku jadi vampire gitu?”
“Ah, ceritanya aneh Win. Kirain kamu ini vampir mau membunuhku tadi malam.”
“Wuu, dasar kamu ini. Korban film kemarin siang.”
Ah, iya ternyata aku masih terbawa film vampire kemarin siang saat istirahat di kampus.
END